Dahsyatkan Dirimu dengan Menulis

5 Mei 2009

Berbahagialah untuk Hidup Hari ini

Filed under: Opini — Joni Lis Efendi @ 03:29

foto-2

By Nurrahman Effendi
Republika, Selasa, 23 September 2008

Dalam bukunya, The Modern Man In Search of Spirit, Dr Carl Gustav Jung menulis, selama 30 tahun orang-orang dari berbagai negara berperadaban datang menemui saya untuk konsultasi. Saya telah mengobati ratusan pasien yang sebagian berusia setengah baya, 35 tahun ke atas. Dan, tak seorang pun di antara mereka yang tidak mengembalikan persoalannya kepada agama sebagai pandangan hidup.

Maka, bisa saya katakan bahwa setiap dari mereka jatuh sakit karena kehilangan apa yang telah diberikan agama kepada orang-orang yang beriman. Dan, jika belum mampu mengembalikan keimanannya yang sejati, mereka tidak akan bisa disembuhkan.
Agama diyakini sebagai obat paling manjur bagi krisis mentalitas dan kepribadian. Orang-orang rela melakukan perjalanan jauh yang melelahkan untuk mengunjungi tempat tersuruk di pegunungan dan pelosok dunia, demi mencari kedamaian, ketenangan, dan pelipur kehausan spiritual.

Namun, kebanyakan dari mereka hanya mendapatkan kelelahan fisik, marabahaya, dan biaya yang tak sedikit. Namun, tak jua menemukan obat penawar kedahagaan spiritual yang dicarinya.
Dan, beruntunglah orang yang mengakui tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan-Nya. Allah memberikan kemudahan bagi setiap Muslim untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Karena, Allah memang tidak menghendaki kesukaran bagi hamba-Nya. ”Dan Kami akan memudahkan bagimu ke jalan kemudahan (kebahagiaan dunia dan akhirat).” (QS. Al-A’la [87]: 8).

Kebahagiaan itu tidak diukur hanya dengan materi. Orang yang susah, mengidentikkan bahagia kalau punya rumah gedung, mobil mewah, makan yang enak-enak, dan gaji jutaan rupiah. Namun, tak sedikit orang yang bergelimangan harta mengeluh kepenatan batin, fisik ambruk sering keluar masuk rumah sakit, dan pikiran selalu didera masalah yang datang bertubi-tubi.
Padahal, Nabi SAW tidak berlebihan mengidentifikasi standar kebahagiaan. ”Jika seseorang dapat tidur nyenyak, sehat badannya, dan ada makanan untuk satu hari, maka dia telah memiliki segalanya.”

Benar adanya apa yang Rasulullah katakan. Terkadang pikiran dan cara pandang kita yang salah telah mengaburkan segalanya. Membuat kita terjebak dalam sikap pragmatis. Seperti tamsil yang mengatakan bahwa langit tampak lebih sejahtera dan mapan, sedangkan bumi miskin dan rendah. Padahal, di bumilah kaki kita berpijak. Di bumilah kehidupan kita berjalan. Syukurilah nikmat yang kita terima hari ini agar kita bisa mencicipi kebahagiaan.

Dikutip dari: http://www.republika.co.id/berita/4622/Berbahagialah_untuk_Hidup_Hari_ini

22 April 2009

Balada Miskin di Negeri Kaya

Filed under: Opini — Joni Lis Efendi @ 08:13

Oleh: Joni Lis Efendi

Riau Pos, Rabu, 16 Juli 2008

Kemiskinan bagi bangsa ini adalah komponen keempat setelah air, tanah dan langitnya. Hampir tidak pernah beranjak dari masa ke masa. Karena memang bahasa kemiskinan adalah bahasa keabadian yang tidak pernah akan tuntas dalam periode masa dan pemerintahan apapun. Ini sudah menjadi kodrat alam, sunnatullah. Ada orang kaya tentunya ada orang miskin. Tapi bagaimana jadinya bila kemiskinan itu terus tumbuh lantaran ketidakadilan?

Barulah kita membaca apa yang menyebabkannya. Bagaimanapun, yang paling berkompeten untuk mengatasi masalah kemiskinan ini adalah pemerintah. Bukan suatu yang ganjil didengar, bila Pemerintahan SBY berjanji akan menekan angka kemiskinan serendah-rendahnya. Karena memang demikianlah tugas pemerintah untuk menyejahterakan rakyatnya, walau tanpa jaminan akan mengayakannya semua orang. Batasan ini sudah menjadi sangat jelas sekali ketika pemerintahan SBY membahasakannya dalam angka-angka. Kita, sebagai rakyat biasa ini, tentunya ‘duduk manis’ untuk mendengarkan warta apa yang akan dikatakan pemerintah itu. Sebagai pengingat saja, pada awal pemerintahannya SBY berjanji akan mengurangi angka kemiskinan menjadi satu digit dari jumlah penduduk pada 2009.

Namun yang sangat disesalkan, hanya tinggal beberapa bulan lagi akhir pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu, kenyataannya tidak seindah yang dijanjikan. Kondisi yang terjadi justru kebalikannya. Pasca kenaikan harga BBM bersubsidi Oktober 2005 dan Mei 2008, jumlah orang miskin di tanah air terus membalon. Pada kenaikan harga BBM Oktober 2005 lalu, yang rata-rata mencapai 118 persen, jumlah penduduk miskin bertambah 4,2 juta orang pada 2006 atau naik menjadi 39,3 juta jiwa (17,75 persen) dibandingkan tahun sebelumnya.

Begitu juga dengan pengurangan subsidi BBM Mei lalu, diprediksi penduduk miskin akan mencapai 41,3 juta jiwa (21,92 persen) pada akhir 2008 atau bertambah 4,1 juta orang miskin dibandingkan 2007 yang sebesar 37,2 juta jiwa (16,58 persen). Kenaikan harga BBM selalu diiringi dengan kenaikan harga barang kebutuhan pokok dan lainnya. Sebelum pengumuman kenaikan BBM, harga barang-barang sudah duluan merangkak naik karena aksi spekulan. Tentu saja kenaikan harga BBM mendapat tempat kehormatan sebagai penghulu memicu tingginya tingkat inflasi. Bukan suatu yang mengherankan jika Bank Indonesia memprediksi tingkat inflasi pada 2008 ini akan menembus dua digit, pada kisaran 11,5-12,5 persen.

Selain itu, dampak ikutan yang tidak mungkin ditolak adalah semakin tingginya tingkat rawan pangan. Hal ini terjadi karena lonjakan harga kebutuhan pokok pasca pemerintah menaikkan harga BBM. Berita buruknya, mereka yang sangat rentan terhadap malapetaka kelaparan ini tentulah masyarakat miskin. Karena hampir suatu yang tidak mungkin untuk memenuhi standar kesehatan WHO, lah uang buat beli beras saja kadang ada lebih sering tidak cukup. Pada 2005, sebelum kenaikan harga BBM, dari 35,1 juta penduduk miskin sedikitnya tercantum 5,11 juta jiwa penduduk yang rawan pangan. Angka ini melonjak hampir dua kali lipat pada 2006, pasca kenaikan harga BBM, setiaknya ada 9,95 juta jiwa bergelut dengan bencana kelaparan dari 39,3 juta penduduk miskin. Sedangkan setahun berikutnya pada 2007, penduduk miskin yang rawan pangan menyusut tinggal sekitar 5,71 juta jiwa dari jumlah penduduk 37,17 juta jiwa.

Bertambahnya penduduk miskin pasca kenaikan BBM Mai 2008 lalu, diprediksi akan meningkatkan jumlah orang miskin yang terancam didera bencana kelaparan tingkat akut jika tidak mendapat bantuan segera. Dalam perkara ini, pemerintah sudah pasti berkewajiban untuk menanggulangi dampak ikutan dari kebijakan menaikkan harga BBM. Bantuan langsung tunai (BLT) sebesar 100 ribu rupiah per rumah tangga miskin (RTM) perbulan dirasakan belum mampu mensubstitusi besarnya biaya kebutuhan hidup penerimanya. Malah tak jarang menjadi masalah baru di tengah masyarakat, baik bagi yang menerimanya karena memang tidak menutupi tingginya biaya hidup. Sedangkan bagi penduduk miskin yang layak menerimanya, tapi tidak mendapatkan BLT karena masih memakai data 2005, akan merasa dianaktirikan pemerintah.

Di beberapa tempat, ada masyarakat yang menolak BLT karena memang tidak menutupi biaya hidup yang membengkak berkali lipat. Seharusnya pemerintah lebih cerdas dalam memberikan solusi bagaimana caranya mengatasi masalah ini, tidak dengan cara pintas yang terkesan membodohi rakyat. Melihat lebih dalam lagi, sebenarnya masalah yang melilit rakyat miskin di negara kaya ini tidak hanya soal BBM tapi masih banyak yang lainnya. Siapa saja hampir dapat menilai bahwa pemerintah terkesan menomorsekiankan kepentingan rakyat. Padahal dalam konstitusi negara sudah jelas-jelas mengamanatkan kepada pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan, harkat dan martabat rakyat agar menjadi lebih baik. Hanya pemerintahan diktator absolut yang berorientasi untuk melemahkan kekuataan rakyat agar kekuasaannya dapat langgeng. Menjadi tidak lucu bila hal demikian yang trepikir dalam benak pemimpin bangsa ini untuk sebuah negara demokrasi yang bernama NKRI ini.

Melihat kondisi bangsa sekarang ini, bukan suatu yang berlebihan bila rakyat menilai masih banyak angka merah pada rapor pemerintahan SBY dengan Kabinet Indonesia Bersatunya. Sebagian kebijakan yang diambil SBY terkesan mengabaikan sensitifitas kerakyataan dan cenderung mengamankan kepentingan segelintir orang. Seperti, sikap SBY yang masih ragu mengambil keputusan dalam kasus lumpur Lapindo dan BLBI yang sudah jelas-jelas merugikan kepentingan nasional. Selain itu, pengurangan subsidi BBM disinyalir ada skenario lain agar APBN tetap mencantumkan anggaran untuk membayar bunga dan pokok utang luar negeri yang hampir menyedot alokasi 16 persen dari APBN.

Rendahnya perhatian pemerintah terhadap petani merupakan bagian yang tak terpisahkan dari lemahnya perlindungan yang dilakukan pemerintah. Beberapa tahun terakhir, Indonesia dijuluki sebagai pengimpor beras, jagung dan gula terbesar di dunia. padahal bangsa ini dulunya pernah swasembada pangan. Lucunya lagi, pemerintah tidak pernah berniat serius untuk memperbaiki tataniaga pangan dengan kian membanjirnya produk pangan impor yang jelas-jelas merosotkan kemampuan petani kita. Belum lagi rendahnya subsidi pertanian yang diberikan pemerintah, yang secara langsung membenturkan petanin kita pada pilihan akan tingginya biaya produksi. Sedangkan, harga gabah belum tentu akan membaik kalau musim panen tiba. Sudah saatnya bangsa ini peduli dengan rakyatnya yang terus menjerit didera beban ekonomi yang kian berat. Pemerintah tidak selamanya beradalih hanya untuk menyelamatkan APBN agar tetap bernapas.

Sedangkan hampir sebagian besar rakyat kita sulit bernafas, atau mungkin tidak bisa bernapas lagi (mati kelaparan atau busung lapar) karena lilitan kemiskinan yang akut. Saatnya kita membangun kesadaran nasional untuk menyelamatkan bangsa ini, salah satu caranya dengan memperbarui kepemimpinan nasional pada pemilu tahun depan.***

Joni Lis Efendi: Ketua Kajian Lingkar Perubahan

Saatnya Pemuda Tampil Jadi Pemimpin

Filed under: Opini — Joni Lis Efendi @ 08:08

oleh: Joni Lis Efendi

Ketua Kajian Lingkar Perubahan

Saatnya Pemuda Tampil Jadi Pemimpin Momentum 100 tahun kebangkitan nasional memberikan ruang pandang bagi kita melihat seperti apa wajah Indonesia masa depan. Kebangkitan nasional seabad silam diyakini sebagai titik tempuh perjalanan sejarah dalam memperjuangan Indonesia Raya, yang berdaulat atas tanah airnya sendiri.

Kolonialisme yang kian diperparah dengan sistem tanam paksa telah merundungkan malapetaka kemanusian di tanah Hindia Belanda. Dalam pidato tahunan kerajaan, September 1901, Ratu Wilhelmina menyinggung tentang “Kewajiban luhur dan tanggungjawab moral bagi rakyat di Hindia Belanda”. Manuver politik kolonial Belanda itu termaktub dalam kebijakan “Politik Balas Budi”, yang memberikan kesempatan kepada rakyat Hindia Belanda untuk mengenyam pendidikan.

Diyakini sepenuhnya, pendidikan adalah investasi masa depan yang akan mampu mendongkrak harkat dan martabat kaum bumiputera. Dikemudian hari, Kolonialisme Belanda harus membayar mahal konsekuensi dari kebijakan yang mereka ambil itu. Hanya masyarakat yang tercerdaskan dan tercerahkan oleh ilmu pengetahuan yang akan mampu menata kehidupan masa depannya yang lebih baik. Pada sisi pandangan kaum kolonial, memberikan kesempatan pendidikan kepada rakyat jajahan hanyalah sebentuk sagu hati. Ditambah lagi adanya serangan bertubi dari Partai Sosial Demokrat Belanda, yang mendesak pemerintahan kolonial untuk memperbaiki kondisi kehidupan rakyat jajahan. Dalam waktu yang singkat, kesempatan emas itu bagai memantik geretan di tumpukan jerami bagi pergerakan rakyat jajahan dalam menuntut kemerdekaan. Kesadaran nasionalisme itu muncul dari sekelompok kaum muda bumiputera. Atas dasar prakarsa dr. Sutomo dan rekan-rekannya yang menimba ilmu di Stovia, yang juga atas inisator Dr. Wahidin Sudirohusodo, lahirlah organisasi Budi Utomo, yang merupakan cikal-bakal lahirnya gerakan kebangkitan nasional. Setelah berdirinya Budi Otomo, 20 Mai 1908, lahirlah organisasi politik dan ormas lainnya, yang kesemuanya bertujuan merintis jalan bagi Indonesia merdeka. Semangat kaum muda zaman awal-awal kebangkitan nasional dan kemerdekaan seharusnya menjadi inspirasi bagi generasi muda sekarang untuk memberikan sumbangsih terbaiknya bagi bangsa dan negara.

Beri Kesempatan

Anggapan kalau orang muda itu belum matang dan kurang siap bertarung dalam semua aspek kehidupan mestinya ditinjau ulang.

Pasalnya, sudah banyak contoh kemumpunian orang-orang muda dalam mengambil alih lahan yang selama ini dikapling hanya jatah golongan tua atau mereka yang sudah berpengalaman lama. Sebuah torehan manis berhasil disematkan oleh seorang mahasiswa tingkat pertama Universitas Oklahoma, Amerika Serikat, yang berhasil memenangkan pemilihan Walikota Muskogee, Oklahoma. Tidak tanggung-tanggung, John Tyler Hammons begitu nama lengkap pemuda yang baru genap berusia 20 tahun pada 4 September mendatang, menang telak 70 persen suara atas lawannya Hershel Ray McBride, yang merupakan mantan Walikota Muskogee.

Keberhasilan itu merupakan buah dari kesungguhan Hammons untuk memberikan sumbangsih terbaik bagi kota kelahirannya. Dia telah merancang peta politik untuk menduduki kursi nomor satu di Muskogee sejak tamat SMA. Bahkan sudah aktif terlibat kegiatan sosial ketika masih di bangku SMP. Begitu juga catatan gemilang yang ditorehkan Barack Obama dalam sejarah perpolitikan di Amerika Serikat. Pemuda berkulit gelap yang berayahkan orang Kenya itu, pada pemelihan primary terakhir calon presiden dari Partai Demokrat mampu mengungguli politikus senior, yang juga mantan ibu negara, Hillary Clinton. Besar kemungkinan Obama akan mewakili Partai Demokrat maju sebagai calon presiden Amerika Serikat pada konsensus Agustus mendatang. Berarti, Obama adalah calon presiden pertama dari keturunan Afro-Amerika. Dia berambisi untuk membawa angin perubahan dalam sistem perpolitikan di negara adidaya itu. Bahkan, banyak pengamat politik dunia yang mengatakan Obama adalah sebuah fenomena yang menawarkan harapan baru. Seorang pemuda yang penuh dengan ide-ide briliyan untuk sebuah perubahan, dan dunia akan terus memelototinya.

Saatnya Jadi Pemimpin

Keikutsertaan orang muda dalam percaturan politik nasional mulai meniupkan harapan baru. Bisa dikatakan ini adalah awal kebangkitan kedua bagi kaum muda di tanah air. Di beberapa daerah, orang-orang muda berani tampil untuk beradu kesempatan dengan senior-senior mereka dalam memperebutkan kepercayaan rakyat. Mulai dari pemilihan kepala desa, bupati/walikota sampai gubernur, tak asing lagi terpampang foto wajah anak-anak muda yang penuh ide untuk membawa perubahan bagi masyarakatnya. Baru-baru ini pada pemilihan kepala daerah Jawa Barat, golongan muda tampil sebagai pemenang. Mereka mampu unggul atas kontestan lain. Padahal saingan mereka itu lebih senior dan berpengalaman.

Tak menutup kemungkinan pada pilkada daerah lain akan tampil figur-figur pemuda yang bervisi ke depan dan berpengetahuan luas. Bangsa ini butuh pemuda-pemuda tangguh yang mampu menjalankan amanat rakyat dalam membidani urusan negara. Mengingat belakangan ini kian maraknya mengapung kasus “busuk” politikus senior yang kian menganjlokkan tingkat kepecayaan masyarakat. Mungkin pada sisi inilah, figur orang muda yang masih terbilang bersih dan peduli pada keprihatinan masyarakatnya akan jadi pilihan alternatif. Kecenderungan itu tanpak jelas dari grafik hasil pilkada yang sudah-sudah, di mana rata-rata dari golongan muda yang naik.

Seharusnya momentum ini dapat dibaca dengan baik oleh pemuda yang memang berazam untuk mengabdikan dirinya bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negaranya. Pendiri bangsa ini sebenarnya bisa menjadi tauladan bagi para calon pemimpin muda itu. Bacalah biografi Soekarno yang ketika berusia 25 tahun sudah mendirikan Algemene Studie Club sebagai rintisan lahirnya Partai Nasional Indonesia (PNI). Begitu juga keterlibatan aktif Mohammad Hatta dalam diskusi-diskusi politik ketika umurnya masih 15 tahun, yang kemudian mendirikan organisasi pergerakan kepemudaan. Catatan sejarah lainnya juga diperlihatkan oleh Sultan Sjahrir yang mampu mempelopori lahirnya Jong Indonesia yang merupakan perhimpunan pemuda Indonesia. Jong Indonesia ini pula yang memotori pertemuan pemuda se-Nusantara pada tahun 1928, yang kemudian lebih dikenal dengan Sumpah Pemuda. Kepioniran tokoh-tokoh peletak dasar negara kesatuan Republik Indonesia ini semestinya dilanjutkan oleh generasi sesudahnya, termasuk kita sekarang ini. Tentunnya kita masih ingat dengan kata-kata Bung Karno, “Berikan saya 10 orang pemuda, maka saya akan rubah dunia!”. Bagaimanapun, pemuda memiliki cadangan energi yang lebih banyak, gesit, luwes, fleksibel, pantang menyerah, jujur, idealis dan tulus dalam menjalankan amanat rakyat. Dalam perjalanan bangsa ini, hampir semua momentum sejarahnya melibatkan tangan-tangan kaum muda. Mulai dari rintisan jalan menuju kemerdekaan, mempertahankannya sampai periode pembanganunan semuanya tak terlepas dari sumbangsih pemuda. Sebuah kesalahan sejarah bila bangsa ini menafikan keterlibatan pemuda dalam mengurusi negara. Paham senioritas sisa-sisa paham feodalis masih dominan dalam tubuh pemerintahan di negara ini. Sehingga hanya selubang jarum kesempatan pemuda naik pada posisi puncak. Dengan dibukanya kran otonomi daerah dan pemilihan kepala daerah secara langsung, diharapkan keterlibangan politik pemuda lebih baik lagi. Keterlibatan pemuda dalam ranah politik semestinya disikapi dengan arif. Kehadiran mereka setidaknya memberikan suasana segar. Masyarakat pun mendapat ruang yang lebih lebar dalam menyalurkan aspirasinya. Pilihan itu kini berada di pundak pemuda itu sendiri. Apakah mereka benar-benar siap menjalankan amanah sebagai pemimpin atau masih gamang di balik bayang-bayang senioritas.

Seabad kebangkitan nasional ini harusnya menjadi penyambung mata rantai sumbangsih pemuda dalam memberikan karya terbaiknya bagi bangsa dan negara. Sudah saatnya kaum muda tampil sebagai pemimpin. Tentunya bagi mereka yang benar-benar mampu dan siap lahir batin memikul beban amanat rakyat. Selamat berkarya dan berjuang kaum muda.

dikutip dari: http://www.riaumandiri.net/indexben.php?id=24193;

2 April 2009

Menjaga Kekuatan Positioning Bumiputera

Filed under: Opini — Joni Lis Efendi @ 04:21

Oleh: Joni Lis Efendi
Ketua Kajian Lingkar Perubahan

Prestasi terbaik kembali ditorehkan Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 setelah kembali meraih Top Brand Award 2009, yang merupakan kali ketiga berturut-turut sejak pertama kali digelar. Top Brand adalah penghargaan yang diberikan Majalah Marketing bekerja sama dengan Frontier Consulting Group kepada merek-merek pilihan yang berdasarkan survei di 6 kota besar di Indonesia. Penghargaan ini diberikan kepada merek yang memperoleh indeks pengukuran tertinggi dalam hal mind share (kekuatan merek dalam benak konsumen), market share (kekuatan merek dalam pasar tertentu), dan commitment share (kekuatan merek dalam mendorong konsumen untuk membeli produk terkait).

Pada tahun 2008 lalu, prestasi terbaik juga berhasil diraih AJB Bumiputera yang kembali menerima penghargaan Platinum Brand untuk kategori asuransi jiwa dan Golden Brand untuk kategori asuransi pendidikan. Penghargaan ini diberikan Majalah SWA bekerja sama dengan MARS (Marketing and Research Specialist), berdasarkan hasil survei yang dilakukan MARS di 7 kota besar Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, Makassar, dan Denpasar. Variabel yang dinilai meliputi popularitas merek, popularitas iklan, tingkat kualitas merek, tingkat kepuasan dan loyalitas pelanggan, pangsa pasar, serta merek untuk menambah atau mengakuisisi konsumen di masa depan. AJB Bumiputera 1912 sendiri kembali memperoleh Indeks rata-rata tertinggi yakni 2,1 kemudian disusul oleh Jiwasraya, Prudential, Jamsostek, dan AIG Lippo Life.

Catatan prestasi Bumiputera lainnya tahun kemarin di mana menempatkan perusahaan asuransi nasional pertama ini sebagai The Biggest and The Most Active Costumer Base for Islamic Life Insurance pada penganugerahan Islamic Finance Award and Cup 2008. Penilaian berdasarkan banyaknya pemegang polis syariah yang dimiliki. Sampai dengan Desember 2007, pemegang polis Asuransi Syariah Bumiputera paling banyak dibanding perusahaan asuransi lain di Indonesia. Sejumlah 103.343 orang pemegang polis asuransi individu, dan 783.734 orang pemegang polis asuransi kumpulan. Sedangkan untuk kategori The Best Islamic Life Insurance, Asuransi Syariah Bumiputera menduduki posisi kedua setelah PT Allianz Life Indonesia Cabang Syariah. Prestasi ini sangat membanggakan bagi Asuransi Syariah Bumiputera mengingat unit bisnis ini baru terbentuk di akhir tahun 2006.

Sampai akhir tahun 2007, Bumiputera tercatat sebagai asuransi terbesar di Tanah Air. Perusahaan asuransi yang hampir berumur satu abad ini memperkerjakan sedikitnya 18.000 pekerja, melindungi lebih dari 9,7 juta jiwa rakyat Indonesia, dengan jaringan kantor sebanyak 576 di seluruh pelosok Indonesia. AJB Bumiputera tahun 2008 sukses meningkatkan total pendapatan premi perusahaan sebesar 14,16 persen menjadi Rp 2,4 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang hanya Rp 2,1 triliun. AJB juga melaporkan pertumbuhan investasinya sebesar 22,8 persen menjadi Rp 7,65 miliar lebih besar dibandingkan tahun lalu yang hanya membukukan Rp 6,23 miliar.

Sejumlah perusahaan asuransi asing dan perusahaan lokal yang patungan dengan pihak asing bermunculan menggarap pasar domestik, yang kian kompetisi bisnis perasuransian di Tanah Air. Iklim persaingan yang kian ketat mengharuskan setiap perusahaan asuransi melakukan berbagai upaya untuk dapat mempertahankan kelangsungan bisnisnya. Sebagai perusahaan asuransi yang pertama kali didirikan putra-putra Bangsa Indonesia, AJB Bumiputera 1912 masih tetap eksis sampai detik ini. Keberhasilan ini merupakan pembuktian bahwa AJB Bumiputera 1912 tahan banting dan telah berhasil melewati berbagai krisis yang pernah mendera bangsa ini. Bukan hanya itu, AJB Bumiputera 1912 merupakan salah satu aset bangsa yang turut memperjuangkan berdirinya negara ini. Tidak berlebihan jika idealisme Bumipetera dalam menjalankan bisnisnya tetap mempertahankan nilai-nilai perjuangan untuk mengangkat martabat bangsa. Nilai dasar yang masih tetap selaras dengan semangat awal pendirian perusahaan asuransi terbesar di Indonesia ini.

Bumiputera bertekad untuk tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri, menjadi asuransi milik Bangsa Indonesia sebagaimana visi awal pendirinya. Visi AJB Bumiputera 1912 adalah menjadi perusahaan asuransi jiwa nasional yang kuat, modern dan menguntungkan yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) profesional yang menjunjung tinggi nilai-nilai idialisme serta mutualisme.

Bumiputera ingin senantiasa berada di benak dan hati rakyat Indonesia. Dengan kata lain, Bumiputera konsisten dengan positioning sebagai perusahaan milik rakyat Indonesia. Konsistensi sebagai perusahan milik rakyat telah dibuktikan dalam pengelolaan perusahaan yang tetap mempertahankan sistem usaha mutual atau usaha bersama. Dengan bentuk usaha seperti ini, semua pemegang polis asuransi secara otomatis merupakan pemegang saham dan pemilik Bumiputera. Tentu sistem ini menjadi keunikan dan diferensiasi Bumiputera dengan perusahaan asuransi lainnya yang umumnya berbentuk perseroan terbatas (PT).

Kepemilikan bersama oleh seluruh pemegang polis asuransi terhadap Bumiputera kian meningkatkan loyalitas pelanggan. Ekuitas merek Bumiputera begitu luas dan kukuh. Bumiputera sendiri merupakan merek yang sudah tertanam kuat di benak pelanggan. Keberhasilan Bumiputera ini menjadikannya sebagai pemegang market share asuransi terbesar di Indonesia. Karena inti dari strategi pemasaran menurut Hermawan Kartajaya adalah apa yang ada di benak konsumen ketika melihat suatu produk atau perusahaan. Setiap strategi pemasaran yang disusun harus mengacu pada positioning dan asosiasi suatu merek di pasar. Bumiputera sendiri sudah diasosiasikan sebagai perusahaan asuransi yang berjiwa nasional dan merakyat.

Produk asuransi Bumiputera yang memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan bentuk pengelolaannya yang unik (sistem mutual) telah berhasil menanamkan positioning yang kuat di benak konsumen. Dengan kata lain, Bumiputera telah berhasil memenangkan mind share konsumen. Jika telah menguasai mind share, maka merek tersebut akan mudah untuk memenangkan market share. Sedangkan untuk memenangkan heart share dibutuhkan komitmen yang kuat dari perusahaan untuk dapat memenuhi janjinya seperti apa yang ada dalam positioning produknya. Positioning sebenarnya adalah janji yang ditawarkan suatu produk kepada konsumen. Keberhasilan menunaikan janji tersebut akan meningkatkan heart share pelanggan. Menguasai heart share akan meningkatkan loyalitas pelanggan dan commitment share akan selalu terjaga dengan baik.

Masih besarnya ceruk pasar asuransi yang belum tergarap merupakan lahan subur yang menjanjikan bagi Bumiputera ke depannya. Data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebutkan masih kurang dari 10 persen dari total penduduk Indonesia yang mencapai 230 juta jiwa yang memegang polis asuransi selain dari Jamsostek. Edukasi pasar itu harus secara berkelanjutan dilakukan Bumiputera kalau ingin mereknya tetap berumur panjang di benak konsumen.***

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.